Hendri Kampai: Jangan Sampai Rakyat Indonesia Merasa Dijajah Oligarki, Gerakan Vigilante Virtual Sudah Dimulai

    Hendri Kampai: Jangan Sampai Rakyat Indonesia Merasa Dijajah Oligarki, Gerakan Vigilante Virtual Sudah Dimulai

    HUKUM - Bayangkan, tanah ini—tanah subur penuh kearifan lokal, warisan leluhur kita—sekali lagi dirampas oleh kekuatan yang tidak terlihat namun terasa begitu mencengkeram. Bukan lagi penjajah asing dengan bedil dan meriam, tapi oleh mereka yang menguasai kekayaan, kekuasaan, dan politik. Sebuah bentuk penjajahan baru: oligarki. Jangan sampai rakyat Indonesia merasa bahwa mereka telah dijajah kembali, kali ini oleh bangsanya sendiri.

    Sejarah sudah mengajarkan kepada kita bahwa kesabaran rakyat Indonesia bukanlah tanpa batas. Pada masanya, bangsa ini bersatu melawan Kunpeni, perusahaan dagang Belanda yang tidak hanya menguras hasil bumi Nusantara tetapi juga menghina martabat rakyatnya. Selama 350 tahun, kita dijajah. Tapi ketika kesadaran itu bangkit—bahwa kita, pribumi, telah diperlakukan tidak adil—tidak ada yang bisa menghentikan gelombang perjuangan. Dari Sabang hingga Merauke, rakyat bersatu, menjadikan Belanda dan para pendukungnya sebagai musuh bersama.

    Kemudian, di era yang lebih modern, kita menyaksikan Gerakan Reformasi 1998. Soeharto, seorang pemimpin yang berkuasa selama 32 tahun, akhirnya harus lengser. Bukan karena lawan politik, tetapi karena rakyat muak. Rakyat tidak butuh senjata, mereka hanya butuh satu hal: keberanian untuk mengatakan "cukup!" Gerakan ini, walau tanpa struktur yang rapi, berhasil melahirkan era baru untuk Indonesia.

    Hari ini, kita hidup di era digital. Ketidakadilan tidak lagi tersembunyi di balik dinding istana atau ruang rapat tertutup. Ketidakadilan itu kini mudah "diviralkan." Sebuah video, sebuah cuitan, sebuah unggahan di media sosial bisa menjadi nyala api yang menyulut kemarahan seluruh bangsa. Ketika hati rakyat terusik, tanpa komando, mereka akan bergerak. Kita menyebutnya "Gerakan Vigilante Virtual." Ini adalah kekuatan baru yang mengubah cara perlawanan terjadi.

    Para oligarki yang merasa diri mereka aman di balik kekuasaan, kekayaan, dan koneksi politik harus waspada. Jika mereka terus menerus menjajah dan menindas rakyat dengan cara ini, maka waktunya sudah dekat. Ketika rakyat Indonesia marah, tidak ada tembok tinggi yang bisa melindungi. Seperti Belanda di masa lalu, seperti Orde Baru di masa reformasi, semua bisa diratakan dengan tanah. Jangan lupa, suara rakyat adalah suara Tuhan. Kesombongan dan kerakusan hanya akan menjadi bensin dan api yang membakar segalanya.

    Rakyat Indonesia telah menunjukkan bahwa mereka mampu melawan ketika harga diri mereka diinjak. Jangan sampai mereka merasa dijajah lagi, jangan sampai mereka bangkit karena muak. Karena ketika rakyat bergerak, mereka tidak akan berhenti sampai keadilan benar-benar tegak. Dan saat itu tiba, Nusantara ini akan kembali menjadi milik rakyatnya, bukan para oligarki. Ingatlah, sejarah selalu berpihak kepada mereka yang memperjuangkan keadilan, bukan kepada mereka yang menindas.

    Jakarta, 21 Desember 2024
    Hendri Kampai
    Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi

    hendri kampai vigilante virtual oligarki
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi

    Artikel Berikutnya

    Hendri Kampai: Belajar dari Korea Utara,...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Gedung Perpustakaan Baru, Pangkep Perkuat Posisi sebagai Daerah Literasi Unggul
    Saiful Chaniago: Selamat Datang Tahun Indonesia Bersih 2025
    Hendri Kampai: Pendidikan dan  Kesehatan Mahal Serta Pajak yang Tinggi, Cara Penguasa Membangun Dinasti Kekuasaan
    Hendri Kampai: Hukuman Mati untuk Koruptor dan Bandar Narkoba
    Wasekjend SOKSI Saiful Chaniago: Desak KPK Tuntaskan Dugaan Kasus CSR BI

    Ikuti Kami